BAB 5
TATARAN LINGUISTIK (2) :
MORFOLOGI
Satuan bunyi terkecil dari aru ujaran fonem diatas satuan fonem
yang fungsional silabel.Silabel hanyalah satuan ritmis yang ditandai
dengan adanya satuan sonoritas atau puncak kenyaringan.Diatas satuan
silabel itu secara kualitas ada satuan lain yang fungsional yang disebut
morfem.
5.1. morfem
Morfem bukan merupakan satuan dalam sintaksis,dan tidak
semua morfem mempunyai makna secara filosofis.
5.1.1 Identifikasi morfem
Bisa badir secara berulang-ulang dengan bentuk lain.Morfem
sebagai contoh ambil bentuk kedua,ternyata benyuk kedua dapat
banding-bandingkan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut :
1. kedua
2. ketiga
3. kelima
Semua bentuk ke pada daftar di atas dapat disegmentasikan
sebagai satuan tersendiri dan yang mempunyai makna yang
sama,menyatukan tingkat atau derajat.Dengan demikian bentuk ke
pada daftar di atas, karena merupakan bentuk terkecil yang berulangulang
dan mempunyai makna yang sama,bisa disebut sebagai sebuah
morfem.Sekarang perhatian bentuk ke :
1. kepasar
2. kekampus
3. kemesjid
Bentuk ke pada daftar di atas dapat disegmentasikan sebaagai satuan
tersendiri,dan juga mempunyai arti yang sama menyatakan arah dan
tujuan.Makna bentuk ke pada kedua dan kepasar tidak sama,maka
kedua ke itu bukanlah morfem yang sama.Keduanya merupakan dua
buah morfem yang berbeda,meskipun bentuknya sama.Jadi kesamaan
arti dan kesamaan bentuk merupakan ciri atau identitas sebuah
morfem.
Sekarang perhatikan bentuk meninggalkan,lalu bandingkan dengan
bentuk-bentuk lain :
1. meninggalkan
2. ditinggal
3. tertinggal
4. peninggalan
Dari daftar tersebut ternyata ada bentuk yang sama,bagian yang sama
itu adalah bentuk tinggal atau ninggal.Maka bentuk tinggal adalah
sebuah morfem,karena bentuknya sama dan maknanya juga sama.
Untuk menentukan sebuah bentuk adalah morfem atau bujan,kita
memang harus mengetahui atau mengenal maknanya.Pehatikan contoh
berikut :
1. menelantarkan
2. telantar
3. lantaran
Meskipun bentuk lantar terdapat berulang-ulang pada daftar tersebut,
tetapi bentuk lantar itu bukanlah sebuah morfem karena tidak ada
maknanya.Lalu bentuk menelantarkan memang punya hubungan
dangan terlantar,tetapi tidak punya hubungan dengan lantaran.
Dalam studi morfologi suatu satuan bentuk yang bersatus
sebagai morfem biasanya dilambangkan dengan mengapitnya di antara
kurung kurawal.
5.1.2 Morf dan Alomorf
Morfem adalah bentuk yang sama,yang terdapat berulang-ulang dalam
satuan bentuk yang lain. :
1. melihat
2. merasa
3. membawa
4. membantu
Kita lihat ada bentu-bentuk yang mirip atau hampir sama maknanya
juga sama.Bentuk-bentuk itu adalah me pada melihat dan merasa,
mem- pada membawa dan membantu.apakah me-, mem-, itu sebuah
morfem atau bukan,sebab meskipun maknanya sama tetapi bentukanya
tidak persis sama.Bentuk itu adalah sebuah morfem, sebab ,meskipun
bentuknya tidak persis sama,tetapi berbedaannya dapat dijelaskan
secara fonologis.Bentuk me- berdistrbusi,antara lain,pada bentuk dasar
yang fonem awalnya konsonan/1/dan/r/; bentuk mem- berdistribusi
pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/dan juga/p/;
Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama itu di
sebut alomorf. Dengan perkataan lain alomorf adalah perwujudan
konkret (di dalam pertuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem
tentu mempunyai alomorf,bisa juga dikatakan morf adalah nama untuk
semua bentuk yang belum diketahui statusnya,alomorf adalah nama
untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status morfemnya.
Dalam tata bahasa tradisional nama yang digunakan adalah awalan me-
, dengan penjelasan,awalan me- ini akan mendapat sengau sesuai
dengan lingkungannya. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia dipilih almorf meng- sebagai nama morfem itu, dengan
alasan alomorf meng- paling banyak distribusinya,dalam studi
linguistik lebih umum disebut morfem meN-.
5.1.3 klasifikasi morfem
morfem-moerfem dalam setiap bahasa dapat diklasifikasikan
berdasarkan kebebasannya,keutuhannya,maknanya,dan sebagai.berikut
ini akan dibacakan secara singkat.
5.1.3.1 Morfem bebas dan morfem terikat
Morfem bebas adalah : morfem yang tanpa kehadiran morfem
lain dapat muncul dalam ertuturan. Misalnya,bentuk
pulang,makan,rumah,dan bagus. Morfem terikat adalah morfem yang
tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam
pertuturan.semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat.
Berkenaan dengan morfem terikat ini dalam bahasa Indonesia
ada berapa hal yang perlu dikemukakan. Yaitu :
1) Bentuk-bentuk seperti juang, henti, gaul, danbaur juga
termasuk morfem terikat, karena bentuk-bentuk
tersebut,meskipun bukan afiks,tidak dapat muncul
dalam pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami
proses morfologi, seperti aflikasi, reduplikasi, dan
kompesisi. Bentubentuk lazim disebut bentuk prakate
gorial.
2) Bentuk-bentuk seperti baca, tulis, dan tending juga
termasuk bentuk prakategorial, sehingga baru bisa
muncul dalam pertuturan sesudah mengalami proses
morfologi.
3) Bentuk-bentuk seperti renta, kerontang, bugar juga
termasuk morfem terikat. Lalu, karena hanya bisa
muncul dalam pasangan tertentu, maka bentuk-bentuk
tersebut disebut juga morfem unik.
4) Bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi,
seperti ke, dari, dan, kalau, dan atau secara morfelogis
termasuk morfem bebas, tetapi secara sinteksis
merupakan bentuk trikat.
5) Yang disebut klitika mereupakan morfem yang agak
sukar ditentukan setatusnya. Klitika adalah bentukbentuk
singkat, biasanya hanya satu silabel, secara
vonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya
dalam pertuturan slalu melekat pada bentuk lain, tetapi
dapat dipisahkan. Umpamanya klitika, lah, ku. Menurut
posisinya klitika klitika biasanya dibedakan atas
proklitika dan enklitika. Proklitika adalah klitika yang
berposisi di muka kata yang diikuti : Ku dan kau,
kubawa dan kuambil. Enklitika klitika yang berposisi di
belakang kata yang dilekati , seperti –lah,-nya,-dan –ku
dialah duduk nya, dan nasibku.
5.1.3.2 Morfem Utuh dan Terbagi
Semua morfem dasar bebas yang dibicarakan termasuk morfem utuh,
seperti {meja}, {kursi}, {kecil], {laut}, dan {pensil}. Morfem terbagi
adalah sebuah morfem yang terbagi dari dua buah bagian yang
terpisah. Umpamanya kesatuan terdapat satu. Morfem ituh, yaitu satu
morfem terbagi, yakni (ke-/-an). Dalam bahasa Arab, dan juga bahasa
Ibrani, semua morfem akar untuk verba adalah morfem terbagi, yang
terdiri atas tiga buah konsunan yang dipisahkan oleh tiga buah vocal,
yang merupakan morfem terikat yang terbagi pula.
Sehubungan dengan morfem terbagi ini, untuk bahasa
Indonesia , ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu;
Pertama, semua afiks yang disebut konfiks seperti (ke-/-
an),(ber-/-an),(per-/-an), dan (per-/-an) adalah termasuk morfem
terbagi.
Kedua , dalam bahasa Indonesia ada afiks yang disebut infiks
yakni afiks yang disisikan ditengah morfem dasar. Misalnya (-er-) pada
kata gerigi, infiks (-er-) pada kata pelatuk. Dengan demikian infiks
tersebut telah mengubah morfem utuh (gigi) menjadi morfem terbagi
(g-/-igi-) morfem utuh (patuk) menjadi morfem terbagi(p-/-atuk),dalam
bahasa Indonesia infiks ini tidak produktif, bisa dikenakan pada kata
benda apa saja.
5.1.3.3 Morfem Segmental dan Suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang di bentuk oleh fonemfonem
segmental, seperti morfem(lihat), (lah), (sikat), dan (ber). Jadi
semua morfem yang berwujud bunyi adalh morfem segmental .
Sedangkan morfem suprasegmental, seperti tekanan,nada, durasi dan
sebagainya.Dalam bahasa Indonesia tampaknya tidak ada
suprasegmental ini. Morfem yang salah satu alomorfnya tidak
berwujud bunyi segmental maupun berupa prosudi (unsure
suprasegmental), melainkan berupa "kekosongan). Morfem bermakna
leksikal adalah morfem –morfem yang secara inheren memiliki makna
pada dirinya sendiri, tanpa perlu proses dulu dengan morfem lain,
misalnya dalam bahasa Indonesia ,morfem-morfem seperti (kuda),
(pergi), (lari) , dan (merah) . Oleh karena itu dengan sendirinya sudah
dapat di gunakan secara bebas dan mempunyai kedudukan yang
atonom didalam pertuturan.
Morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apaapa
pada dirinya sendiri. M orfem lain dalam suatu proses
morfologi.Yang biasa dimaksud denganmorfem tak bermakna leksikal
ini adalah morfemorfem afiks, seperti (ber-), (me-), dan (ter-).
5.1.4 Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (Stem, dan Akar
(Root)
orfem adalah dasar biasanya di gunakan sebagai dikotomi
dengan mporfem afikls. Jadi , bentuk-bentuk seperti(juang), (kucing)
dan (sikat) adalah morfem dasar. Morfem dasar ini ada yang termasuk
morfem terikat, seperti(juang),(henti), dan (abai);tetapi ada juga yang
termasuk morfem bebas seperti (beli), (lari),dan (kucing), sedangkan
morfem afiks, seperti( ber-), dan (-kan ) jelas semuanya termasuk
morfem terikat.
Bentuk dasar atau dasr(base) saja biasanya di gunakan untuk
menyebut sebuah yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi.
Bentuk dasar ini dapat berupa morfem tunggal, tetapi dapat juga
berupa gabungan morfen. Istilah pangkal (stem) di gunakan untuk
menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi, atau proses pembubuhan
afiks infleksi. Dalam bahasa Indonesia kata menangisi bentuk
pangkalnya adalah tangisi; dalam morfem me- adalah sebuah afiks
inflektif. Mengakhiri subbab ibi perlu di ketengahkan adanya tiga
macam morfem dasar bahasa Indonesia dilihat dari status atau
potensinya dalam proses gramatika yang dapat terjadi pada morfem
dasar itu. Pertyama adalah morfem dasar bebas, yakni morfem dasar
yang secara potensial dapat langsung menjadi kata, sehingga langsung
dapat di gunakan dalam ujaran.Kedua , morfem dasar yang
kebebasannya di persoalkan yang ternasuk ini adalah sejumlah morfem
berakar verba, yang dalam kalimat imperatif atau kalimat sisipan,
tidak perlu di beri imbuhan; dan dalam kalimat deklaratif imbuhannya
dapat ditanggalkan. Ketiga , morfem dasar terikat , yakni morfem dasar
yang tidak mempunyai potensi untuk menjadi kata tanpa terlebih
dahulu mendapat proses morfologi.
5.2 KATA
tilah dan konsep morfem ini tidak dikenal oleh para tata
bahasawan tradisional yang ada dalam tata bahasa bahasa tradisional
sebagai satuan lingual yang selalu dibicarakan adalah satuan yang
disebut kata.
5.2.1 Hakikat Kata
Para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian
terhadap kata bardasarkan arti dan ortografi. Menurut mereka kata
adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian ; atau kata adalah
deretan huruf yang diapit oleh dua spasi, dan mempunyai satu arti.
Bahasa kata yang kita jumpai dalam berbagai buku linguistic
Eropa adalah bahwa kata merupakan bentuk yang, ke
dalammempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak berupa ,
dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam kalimat
.Batasan tersebut menyiratan dua hal . Pertama, bahwa setiap kata
mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat
berubah , sertai tidak dapat diseliputi atau diselang oleh fonem lain.
Kedua, setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam
kalimat, atau tempatnya dapat di isi atau di gunakan oleh kata lain;
atau juga dapat di pisahkan dari kata lainnya.
5.2.2 Klasifikasi Kata
Klasifikasi kata ini dalam sejarah linguistik selalu menjadi
salah satu topic yang tidak pernah terlewatkan. Hal ini terjadi , karena
pertama setiap bahasa mempunyai cirinya masing-masing ;dan kedua
karena kreteria yang di gunakan untuk membuat klasifikasi kata itu
bisa bermacam-macam.
Para tata bahasawan tradisional menggunakan kreteria makna
dan kreteria fungsi kreteria makna di gunakan untuk
mengidenfikasikan kelas verba, nomina, dan ajektifa, sdedangkan
kreteria fungsi di gunakan untuk mengindenfikasikan preposi,
konjongsi, adverbial, pronomia, dan lain-lainnya .
Verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan ,
nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang di bendakan,
konjungsi adalah kata yang berfungsi atau berfungsi untuk
menghubungkan kata dengan kata,atau bagian kalimat yang satu
dengan bagian yang lain.
Para tata bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata
berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur atau konstruksi
misalnya, nomona adalah kata yang dapat berditribusi di belakang
kata bukan ; atau dapat mengisi konstruksi bukan…… jadi adalah
kata yang dapat berdistribusi di belakang kata tidak , atau dapat
mengisi konstruksi tidak …., ajektifa adalah kata yang dapat mengisi
konstruksi sangay….
Ada juga kelompok linguis yang menggunakan krieria fungsi
sintaksis sebagai patokan untuk menentukan kelas kata . Secara umum
fungsi subyek diisi oleh kelas nomina; fungsi predikat diisi oleh verba
atau ajektifa; fungsi objek oleh nomona; dan fungsi keterangan oleh
adverbial.
5.2.3 Pembetukan Kata
Untuk dapat di gunakan didalam kalimat pertuturan tertentu
maka setiap bentuk dasar, terutama bahasa fleksi dan aglutunasi, harus
di bentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatika, baik melaui
proses afiksasi, proses reduplikasi,maupun proses komposisi.
Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat , yaitu pertama
membentuk kata-kata yang bersifat inflektif, dan kedua yang bersifat
derivative.
5.2.3.1 Inflektif
Kata- kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, untuk dapat di
gunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan
kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalan bahasa itu. Alat yang
di gunakan untuk menyesuaikan bentuk itu biasanya berupa afiks, yang
mungkin internal, yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasr
itu.
Perubahan atau penyesuaian bentuk pada verba di sebut
konyungsi , perubahan atau penyesuaian pada nomina dan ajektifa di
sebut deklinasi. Konyugasi pada verba biasanya berkenaan dengan kala
(tense), aspek, modus , diatesis, persona, jumlah, jenis, dan kasus .
Bahasa Indonesia bukanlah bahasa berfleksi. Jadi, tidak ada
masalah konyugasi dan deklinasi dalam bahasa Indonesia. Membaca,
dibaca, terbaca, dan bacalah, bentuk-bentuk merupakan kata yang
sama, yang berate juaga mempunyai identitas leksikal yang sam.
Perbedaan bentuknya adalah berkenaan dengan modus kalimatnya .
Dengan demikian prefiks me -,di-,ter-,ku-,dan kau- adalah
infleksional.
5.2.3.2 Derivatif
Pembentukan kata secara infletif, tidak membentuk kata baru,
atau lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya.
Hal ini berbeda dengan pembentukan kata secara derivative atau
derivasional. Pembentukan kata secara derivative membentuk kata
baru, kata yang identitas leksikalnyatidak sama dengan kata dasarnya.
Perbedaan identitas leksikal terutama berkenaan dengan makna
sebab meskipun kelasnya sama tetapi maknanya tidak sama.
5.3 Proses Morfemis
Bertikut ini akan di bicarakan proses-proses morfolis yang
berkenan dengan afiksasi, reduplikasi, kompesisi, dan juga
sedikit tentang konversi dan modifikasi intem. Kiranya perlu
juga di bicarakan produktifitas proses-proses morfemis itu.
5.3.1 Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar
atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau
bentuk dasar,(2) afiks,dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan.
Bentuk-bentuk dasar atau dasar yang menjadi dasar dalam
proses afiksasi dapat berupa akar, yakni bentuk terkecil yang tidak
dapat disegmentasikan lagi. Dapat juga berupa bentuk kompleks, dapat
juga berupa frase.
Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat,
yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata.
Sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya. Dibedakan adanya dua
jenis afiks, yaitu afiks inflektif dan afiks derivative. Denagn afiks
inflektf adalah afiks yang digunakan dalam pembentukan kata-kata
inflektif atau para digma infleksional. Dalam bahasa Indonesia
dibedakan adanya prefiks me- yang inflektif dan prefiks me- yang
derivative. Sebagai afiks inflektif prefiks me- menandai bentuk kalimat
indikatif aktif, sebagai kebalikan dari prefiks di- yang menandai bentuk
indikatif. Sebagai afiks derivative, prefiks me- membentuk kata baru,
yaitu kata identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya.
Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar biasanya
dibedakan adanya prefiks,infliks, sufiks, konfiks, intrfiks, dan
transfiks.
Yang dimaksud dengan infiks adalah afiks yang diimbuhkan di
tengah bentuk dasar.
Yang dimaksud dengan sufiks adalah yang diimbuhkan pada
posisi akhir bentuk dasar.
Konfiks adalah afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian
pertama berposisi pada awal bentuk, dan bagian yang kedua berposisi
akhir bentuk dasar.
5.3.2 Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk
dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagaian (parsial) maupun
dengan perubahan bunyi.
Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatic (infleksional)
dan dapat pula bersifat derifasional. Reduplikasi yang paradigmatic
tidak mengubah identitas leksikal. Melainkan hanya memberi makna
gramatikal. Yang bersit derivasionl membentuk baru atau kuang
identitas leksikalnya berbeda deng bentuk dasarnya.
5.3.3 Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penghubung morfem dasar
dengnmorfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat , sehingga
berbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang
berbeda , atau yang baru. Misalnya, lalu lintas daya juang, dan rumah
sakit. Sutan Takdir Alisjahban (1953), yang berpendapat bahwa kata
mejemuk adalah sebuah kata memiliki makna baru yang tidak
merupakan gabungan makna unsur-unsurnya. Verhar (1978)
menyatakan suatu komposisi di sebut kata majemuk kalau hubungan
kedua unsurnya tidak bersifat sintaktis.
5.3.4 Konversi, Modifikasi Internal,dan Suplesi
Konversi, sering juga di sebut derivasi zero.,transmutasi, dan
transpotasi, adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi
kata lain tanpa perubahan unsure segmental.
Modifikasi internal (sering di sebut juga penambahan
interrnalatau perubahan internal) adalah proses pembentukan kata
dengan penambahan unsure-unsur ( yang biasanya berupa vocal)
kedalam morfem yang berkerangka tetap(yang biasanya berupa
konsunan).
Ada jenis modifikasi internal lain yang di sebut suplesi..Dalam
proses suplesi perubahannya sangan ekstrim cirri-ciri bentuk dasar
tidak atau hampir tidak tampak lagi.
5.3.5 Pemendekan
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagia
leksimatau gabungan leksim sehingga menjadi sebuah bentuk singkat,
tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya . Hasil
proses pemendekan ini kita sebut kependekan. Misalnya, bentuk
lab(utuhnya Laboratorium).
Dalam berbagai kepustakaan, hasil proses pemendekan ini
biasanya di bedakan atas penggalan, singkatan, dan akronim .
Penggalan adalah kependekan berupa pengekatan satu atau dua suku
pertama dari bentuk yang di pendekan.
5.4 MORFOFONEMIK
Morfofonemik, di sebut juga morfonemik , morfofonologi,
atau morfonologi, tau peristiwa perubahannya wujud morfemis dalam
suatu proses morfologis, baik afiksasi,reduplikasi, maupun komposisi.
Perubahan fonem dalam proses morfofonemik ini dapat
berwujud: (1) pemunculan fonem, (2) pelepasan fonem, (3) peluluhan
fonem, (4) perubahan fonem, dan (5) pergeseran fonem. Pemunculan
fonem dapat kita lihat dalam proses penghimbuhan prefiks medengan
bentuk dasar baca yang menjadi membaca; dimana terlihat
muncul konsonan sengau /m/. Pelesapan fonem dapat kita lihat dalam
proses penghimbuhan akhiran wan pada kata sejarah di mana /h/
padakata sejarah itu menjadi hilang, peluluhan fonem dapat kita lihat
dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me- pada kata sikat di mana
fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan
bunyi nasal /ny/dari prefiks tersebut.
Pergeseran perubahan fonem adalah pindahnya sebuah fonem
dari silabel yang satu ke silabel yang lain, biasanya ke silabel
berikutnya.
2 komentar:
Makasih :D
Makasih banyak beb, tugas rangkuman:')
Posting Komentar
ayo komen apa saja